Korlantas Polri mengeluarkan peraturan baru terkait Surat Izin Mengemudi
(SIM) untuk pengendara motor (SIM C). Kini, tidak semua pemilik motor
mengantongi SIM C.
"Informasi dari Korlantas Polri, ada peraturan
baru. Jadi untuk SIM C tidak bisa digunakan untuk semua motor mulai Mei
2016," ujar Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Risyapudin Nursin kepada
detikcom, Minggu (9/1/2016).
Aturan tersebut tertuang dalam Surat
Pembaruan bernomor ST/2653/XII/2015. Dalam surat tersebut, ada dua
keputusan mengenai klasifikasi SIM C dan juga batas waktu perpanjangan
SIM.
"Aturan penggolongan SIM C yang baru mulai berlaku 1 Mei 2016," katanya.
Adapun,
pengelompokan SIM C kini dibagi 3 golongan yakni SIM C (polos), SIM C1
dan SIM C2. 3 Golongan SIM C itu diklasifikasikan berdasarkan kapasitas
mesin motor (CC).
"Nantinya SIM C akan terdiri dari tiga jenis,
yakni C, C1, dan C2. Rencana tersebut akan direalisasikan pada triwulan
pertama 2016. Paling telat April 2016," lanjutnya.
Tiga golongan SIM C tersebut adalah sebagai berikut:
SIM C: untuk sepeda motor berkapasitas mesin kurang dari 250 CC
SIM C1: untuk sepeda motor berkapasitas 250-500 CC
SIM C2: untuk sepeda motor berkapasitas mesin 500 CC ke atas.
"Penggantian SIM C dengan golongan baru akan dimulai serentak Februari - April 2016," imbuhnya.
Selain
soal pengklasifikasian SIM C, Korlantas Polri juga mengeluarkan aturan
soal batas waktu perpanjangan SIM. Berlaku mulai 1 Januari 2016,
perpanjangan SIM tidak boleh melewati batas sampai 14 hari sebelum masa
berlaku SIM habis.
"Berlaku mulai 1 Januari 2016, perpanjangan
SIM dapat dilaksanakan sebelum habis masa berlakunya dengan tenggang
waktu 14 hari sebelum tanggal habis masa berlaku," katanya.
Sementara,
untuk pemegang SIM yang masa berlakunya telah habis, dapat diperpanjang
lagi tidak melebihi batas waktu 3 bulan sejak tanggal habis masa
berlakunya.
"Lewat dari 3 bulan harus membuat seperti prosedur baru," imbuhnya.
Komisi
Kepolisian Nasional (Kompolnas) berharap hal ini disosialisasikan
terlebih dahulu agar tidak jadi bahan penyimpangan petugas di lapangan.
"Harus
disosialisasikan betul-betul dan apakah sudah sesuai dengan
undang-undang atau tidak, agar tidak menjadi bahan penyimpangan petugas
di lapangan," kata Komisioner Kompolnal Edi Hasibuan.
Menurut
Edi, tidak semua masyarakat tahu berapa kapasitas mesin motor yang
mereka miliki. Di samping itu, Polri juga harus jelas apakah dengan
adanya pengolongan tersebut biaya pembuatan SIM C1 dan C2 juga sama
dengan SIM C atau tidak.
"C1 kan untuk 250-500 CC dan C2 untuk
500 CC ke atas, itu kan motor-motor gede harus dibedakan dengan SIM C
polos, nah ini kan yang belum jelas berapa biayanya," jelasnya.
Edi
berharap, dengan adanya penggolongan SIM untuk motor ini tidak
merepotkan masyarakat. "Jangan sampai memberatkan masyarakat," cetusnya.
Namun, penggolongan SIM C ini dianggap pengamat kepolisian, Indonesia Police Watch (IPW) belum memenuhi aspek legalitas.
"Peraturan
baru itu tidak mempunyai kekuatan hukum. Sebab soal SIM ini sudah
diatur dalam UU LLAJ," kata Ketua Presidium IPW Netta S Pane.
Menurut
Netta, aturan baru tersebut dikhawatirkan menimbulkan prokontra.
Semestinya, Polri merevisi UU LLAJ terlebih dahulu sebelum mengeluarkan
aturan tersebut.
"Jadi peraturan itu akan menjadi masalah baru.
Jika memang hendak membuat aturan seharusnya Polri segera merevisi UU
LLAJ," ujarnya.
Di samping itu, Netta juga menyoroti proses pengurusan SIM yang belum bersih dari praktik percaloan.
"Selama
ini pengurusan SIM sendiri masih rawan percaloan. Jika penggolongan
dilakukan dipastikan objek percaloan oleh oknum polisi makin marak,"
ungkapnya.
Netta melanjutkan, yang lebih penting sekarang bukan
membuat penggolongan SIM C. Ia mendorong Polri lebih baik untuk
memberlakukan SIM dengan masa berlaku seumur hidup
sumber:
http://oto.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon komentar dengan bijaksana